Fenomena ini sebenarnya bukan hal yang baru kawan. Ini sudah terjadi berkali-kali bahkan bisa dikatakan rutin. Demikian seringnya reshuffle ini menunjukkan bahwa koalisi ini adalah koalisi yang rapuh. Koalisi yang hanya dijadikan kedok untuk bagi-bagi kekuasaan. Reshuffle sendiri hanyalah alat untuk memberikan hadiah bagi partai politik yang ‘taat’ dan punishment bagi yang ‘menyimpang’. Bagaimana dengan kepentingan rakyat? Wah kayaknya ga kepikir tuh.
Rakyat makin tersisih
Ketika semua sibuk untuk mempertahankan kekuasaan lalu dikemanakan kepentingan rakyat? Rakyat terlupakan. Para pejabat dan politisi sibuk sendiri dengan kehidupan mereka. Sementara di sisi lain, rakyat dibiarkan sendirian untuk ngurusi masalah hidupnya. Kasihan….
Sejauh ini tidak terlihat relevansi antara hiruk pikuk para elit politik itu dengan problem rakyat yang butuh solusi nyata. Dalam reshuffle yang dijadikan patokan hanya kepentingan partai bukan lagi demi untuk memberikan yang terbaik bagi rakyatnya. Pemilihan person pengisi kabinet tidak lagi disandarkan pada kelayakan, kapasitas, dan kapabilitas. Tidak pula dilandasi oleh komitmen untuk kemaslahatan rakyat dan ketakwaan kepada Allah SWT. Padahal Rasulullah secara tegas telah mengingatkan kita
Jika urusan disandarkan /dipercayakan kepada selain ahlinya, maka tunggulah saat-saat kehancuran” (HR. Bukhari dan Ahmad)
Sebab mendasar semua kekacauan ini adalah doktrin demokrasi yang menyerahkan pengaturan hidup kepada manusia (rakyat) yang dalam prakteknya berada di tangan sekelompok kecil wakil rayat, para politisi, pejabat dan pengusaha. Nasib rakyat kebanyakan akhirnya tergadai pada sekelompok kecil itu. Karena itu, selama sekularisme dengan demokrasinya yang diterapkan, selama itu pula kerusakan terjadi, kepentingan rakyat terpinggirkan dan kemaslahatan umat terabaikan.
Islam punya Solusi
Islam adalah agama yang sempurna. Tak ada permasalahan yang tak bisa terpecahan dalam Islam. Oleh karena itu pengaturan kehidupan termasuk pemerintahan dan urusan politik harus berporos pada hukum-hukum yang diberikan oleh Allah SWT sebagi sang Pengatur kehidupan. Bahwa penguasa, pejabat, dan politisi harus berniat bahwa keputusan yang dia ambil adalah dalam rangkan kepentingan rakyat dan untuk merealisasikan kemaslahatan umat. Kepentingan-kepentingan partai yang tidak merujuk pada kemaslahatan umat harus ditinggalkan jauh-jauh.
Maka jelas kawan, hanya syariah Islamlah yang mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat. Karena semua politisi berfikir untuk memakmurkan rakyatnya. Pengelolaan SDA yang merugikan rakyat akan diganti. Para investor-investor yang merampok kekayaan rakyat akan diusir dari tanah kaum muslimin. Dengan demikian masihkah ada pilihan lain bagi kita selain syariah (aturan) AlLoh SWT? Bahkan Alloh SWT pun telah memberikan pertanyaan retoris tersebut dalam Al-Quran.
Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki. (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50).
Ayat tersebut harusnya ’menampar’ kita menyadarkan kita untuk segera tinggalkan demokrasi dengan kedaulatan rakyatnya, lalu ubah dengan sistem Khilafah dengan kedaulatan hukum syariahnya. Inilah yang akan menjamin kesejahteran, keadilan dan keberkahan di dunia serta kebahagiaan abadi di akhirat kelak.